Selasa, 24 April 2018

Berita


TEMU MANTEN ADAT JAWA
Oleh : Susi Sri Rahayu

            Pernikahan adalah hal yang di idam-idamkan untuk semua orang. Dalam pernikahan tentunya semua dilakukan sesuai dengan tradisi dan kebiasaan masyarakat itu sendiri. Setiap suku yang ada di Pekanbaru tentunya memiliki kebiasaan ataupun tradisi yang berbeda-beda karena masyarakatnya yang memiliki beraneka ragam suku. Salah satunya tradisi pernikahan dari suku Jawa.
            Dalam pernikahan adat Jawa memiliki suatu tradisi yang lain dengan tradisi lainnya yaitu tradisi temu manten atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia yang berarti mempertemukan kedua mempelai setelah resmi menjadi suami istri. Dalam adat Jawa, saat prosesi temu manten ini digunakan menggunakan bahasa Jawa yang biasanya di bacakan oleh orang tua yang sudah dihormati dan mengerti bagaimana seluk beluk adat pernikahan suku tersebut. Dalam masyarakat Jawa orang yang dipercaya membacakan pidato atau nasihat-nasihat dalam bahasa Jawa Halus yang diucapkan oleh orang yang disebut dukun manten ataupun sering disebut mbah.
            Selain nasihat-nasihat yang diucapkan menggunakan bahasa jawa halus oleh dukun manten tersebut prosesi temu manten juga diiringi oleh musik-musik gamelan jawa yang khas dan membuat merinding siapa saja yang mendengarkannya karena memang dalam prosesi ini ada hal-hal mistis yang terdapat di dalamnya. Dalam prosesi temu manten itu sendiri sebenarnya banyak komponen-komponen yang menjadi arti didalamnya, seperti hiasan-hiasan yang menjadi dekorasi pernikahan pun mempunyai arti tersendiri. Seperti, kembar mayang yang dipasang sebagai gapura dalam dekorasi yang biasanya berisi dua tandan pisang raja yang telah masak lengkap dengan batang dan daun pisang raja itu sendiri dan pisang yang digunakan juga harus jenis pisang raja tidak boleh pisang lainnya. Didalam kembar mayang itu sendiri tidak hanya pisang saja tetapi juga dilengkapi dengan bunga-bunga dan janur atau daun kelapa yang masih muda sebagai pelengkap kembar mayang. Kembar mayang itu sendiri memiliki arti kedua mempelai yang telah mengikat janji untuk selalu bersama.
Selain kembar mayang juga ada dua kelapa muda yang dibawa oleh dua gadis yang belum menikah yang diatas kelapa muda tersebut di tancapkan janur atau daun kelapa muda yang dibawa oleh dua gadis. Ada juga beras ketan kuning yang dilempar-lemparkan oleh pihak keluarga pada saat prosesi temu manten itu dilakukan. Prosesi pecah telur, yang pada saat prosesi temu manten prosesi pijak telur tersebut dilakukan oleh mempelai pria dan kakinya di basuh oleh sang mempelai wanita menggunakan air bunga tujuh rupa yang mengartikan bahwa sang istri harus selalu berbakti kepada suaminya. Yang terakhir prosesi menuangkan beras kuning bercampur uang recehan yang dilakukan oleh sang mempelai pria yang beras tersebut akan ditampung oleh sang mempelai wanita, prosesi tersebut menandakan bahwa sang pria siap menafkahi istri dan anak-anaknya kelak lalu sang istri harus menerima apapun dan berapapun jumlah materi yang di berikan suami. Itulah prosesi-prosesi temu manten yang dilakukan oleh etnis jawa, walaupun setiap suku jawa melakukan nya berbeda-beda tetapi hampir semua suku jawa masih menggunakan prosesi tersebut sampai sekarang (Pekanbaru, 18 April 2018).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar