TEMU MANTEN
ADAT JAWA
Oleh : Susi Sri Rahayu
Pernikahan adalah hal yang di
idam-idamkan untuk semua orang. Dalam pernikahan tentunya semua dilakukan
sesuai dengan tradisi dan kebiasaan masyarakat itu sendiri. Setiap suku yang
ada di Pekanbaru tentunya memiliki kebiasaan ataupun tradisi yang berbeda-beda
karena masyarakatnya yang memiliki beraneka ragam suku. Salah satunya tradisi
pernikahan dari suku Jawa.
Dalam pernikahan adat Jawa memiliki
suatu tradisi yang lain dengan tradisi lainnya yaitu tradisi temu manten atau
jika diartikan dalam bahasa Indonesia yang berarti mempertemukan kedua mempelai
setelah resmi menjadi suami istri. Dalam adat Jawa, saat prosesi temu manten
ini digunakan menggunakan bahasa Jawa yang biasanya di bacakan oleh orang tua
yang sudah dihormati dan mengerti bagaimana seluk beluk adat pernikahan suku
tersebut. Dalam masyarakat Jawa orang yang dipercaya membacakan pidato atau
nasihat-nasihat dalam bahasa Jawa Halus yang diucapkan oleh orang yang disebut
dukun manten ataupun sering disebut mbah.
Selain nasihat-nasihat yang diucapkan
menggunakan bahasa jawa halus oleh dukun manten tersebut prosesi temu manten
juga diiringi oleh musik-musik gamelan jawa yang khas dan membuat merinding
siapa saja yang mendengarkannya karena memang dalam prosesi ini ada hal-hal
mistis yang terdapat di dalamnya. Dalam prosesi temu manten itu sendiri
sebenarnya banyak komponen-komponen yang menjadi arti didalamnya, seperti
hiasan-hiasan yang menjadi dekorasi pernikahan pun mempunyai arti tersendiri.
Seperti, kembar mayang yang dipasang sebagai gapura dalam dekorasi yang
biasanya berisi dua tandan pisang raja yang telah masak lengkap dengan batang
dan daun pisang raja itu sendiri dan pisang yang digunakan juga harus jenis
pisang raja tidak boleh pisang lainnya. Didalam kembar mayang itu sendiri tidak
hanya pisang saja tetapi juga dilengkapi dengan bunga-bunga dan janur atau daun
kelapa yang masih muda sebagai pelengkap kembar mayang. Kembar mayang itu
sendiri memiliki arti kedua mempelai yang telah mengikat janji untuk selalu
bersama.
Selain
kembar mayang juga ada dua kelapa muda yang dibawa oleh dua gadis yang belum
menikah yang diatas kelapa muda tersebut di tancapkan janur atau daun kelapa
muda yang dibawa oleh dua gadis. Ada juga beras ketan kuning yang
dilempar-lemparkan oleh pihak keluarga pada saat prosesi temu manten itu
dilakukan. Prosesi pecah telur, yang pada saat prosesi temu manten prosesi
pijak telur tersebut dilakukan oleh mempelai pria dan kakinya di basuh oleh
sang mempelai wanita menggunakan air bunga tujuh rupa yang mengartikan bahwa sang
istri harus selalu berbakti kepada suaminya. Yang terakhir prosesi menuangkan
beras kuning bercampur uang recehan yang dilakukan oleh sang mempelai pria yang
beras tersebut akan ditampung oleh sang mempelai wanita, prosesi tersebut
menandakan bahwa sang pria siap menafkahi istri dan anak-anaknya kelak lalu
sang istri harus menerima apapun dan berapapun jumlah materi yang di berikan
suami. Itulah prosesi-prosesi temu manten yang dilakukan oleh etnis jawa,
walaupun setiap suku jawa melakukan nya berbeda-beda tetapi hampir semua suku
jawa masih menggunakan prosesi tersebut sampai sekarang (Pekanbaru, 18 April 2018).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar